Arti,
Fungsi, dan Ragam Bahasa
#.
Arti Bahasa
Sistem lambang bunyi ujaran yang
digunakan untuk berkomunikasi oleh masyakat pemakainya.
Sistem bahasa yang baik: Unsurnya
1.
Bermakna dan dapat dipahami.
2.
Bersifat konvensional yang ditentukan pemakainya berdasarkan kesepakatan.
3.
Digunakan secara berulang dan tetap.
4.
Bersifat terbatas, tetapi produktif. Artinya dengan sistem yang sederhana dapat
menghasilkan kata, kalimat, wacana yang tidak terbatas.
5.
Bersifat unik, khas, dan tidak sama dengan lainnya.
6.
Dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal.
#.
Fungsi Bahasa
1) Sebagai
sarana komunikasi
Digunakan dalam berbagai lingkungan,
tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya, komunikasi ilmiah,
komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial.
Manusia tidak dapat hidup sendiri,
mereka perlu berkomunikasi dalam berbagai lingkungan ditempat mereka
Antara anggota keluarga – komunikasi
keluarga
Antar anggota masyarakat – komunikasi
sosial
Antar ilmuan – komunikasi ilmiah
2) Sebagai
sarana integrasi dan adaptasi
Bahasa indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional dan bahasa negara merupakan fungsi integratif. Indikator
kedudukannya sebagai bahasa nasional:
Ø
Lambang nasional yang dapat memberikan kebanggaan jati diri pemakainya sebagai
bangsa indonesia.
Ø
Lambang identitas nasional yang dapat dikenali oleh masyarakat.
Ø
Alat pemersatu penduduk antar pulau diseluruh indonesia.
Ø
Alat komunikasi antar daerah dan antar budaya.
Indikator kedudukannya sebagai bahasa
nasional berfungsi sebagai:
·
Bahasa dalam kegiatan resmi
·
Bahasa pengantar di sekolah
·
Alat komunikasi pada tingkat nasional
·
Alat pengembangan budaya
Dengan bahasa, orang dapat menyatakan
hidup bersama, bahkan bahasa menimbulkan suatu kekuatan yang merupakan sinergi
dengan orang lain.
Misalnya : Seseorang tidak akan
menggunakan bahasa ilmiah ketika berbelanja, seorang ibu tidak akan menggunakan
bahasa bisnis ketika menasehati anaknya,
3) Sebagai
kontrol sosial
Berfungsi untuk mengendalikan
komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat berbentuk komunikasi timbal balik, baik
secara lesan maupun tulisan. Dengan demikian, masing-masing dapat mengendalikan
komunikasi dan memberi saran, kritik dll.
4) Sebagai
sarana memahami diri
Dalam membangun karakter seseorang
harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih
dahulu.Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi,kecerdasan dll.
5) Sebagai
sarana ekspresi diri
Dapat dilakukan dari tingkat yang
paling sederhana sampai dengan tingkat yang kompleks.
Ekspresi paling sederhana misalnya
untuk menyatakan cinta, lapar, krecewa..
Tingkat kompleks misalnya berupa
pernyataan kemapuan mengerjakan proyek besar dalam bentuk proposal yang sulit
dan rumit, menulis laporan, desain produk, dll.
6) Sebagai
sarana memahami orang lain
Dengan pemahaman terhadap seseorang,
pemakai bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya.
Melalui pemahaman ini seseorang akan memperoleh wawasan yang luas dan
bermanfaat serta memperoleh kemampuan berfikir sinergis dengan memadukan
pengalaman orang lain bersama dengan potensi dirinya.
7) Sebagai
sarana mengamati lingkungan sekitar
Keberhasilan seseorang menggunakan
kecerdasannya ditentukan oleh kemampuannya memanfaatkan situasi lingkungannya
sehingga memperoleh berbagai kreatifitas baru yang dapat memberikan berbagai
keuntungan bagi dirinya dan masyarakat.
Misal : Apa yang melatarbelakangi
pengamatan, bagaimana masalahnya, bagaimana cara mengamati, tujuannya,
hasilnya, kesimpulan.
8) Sebagai
sarana berfikir logis
Melalui proses berfikir logis,
seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus dilakukan. Selain itu,
perlu disadari bahwa bahasa bukan hanya sarana proses berpikir melainkan juga
penghasil pemikiran, konsep, atau ide.
9)
Membangun kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan
memanfaatkan potensi, pengalaman, pengetahuan dan situasi sehingga menghasilkan
kreatifitas baru yang menguntungkan dirinya maupun masyarakat.
Howard Gardner(peneliti kecerdaan)
menyimpulkan bahwa kecerdasan ada tujuh macam, yaitu:
1.
Kecerdasan linguistik yaitu kecerdasan menggunakan bahasa.
2.
Kecerdasan logismatematis terkait dengan angka dan logika
3.
Kecerdasan spasial terkait dengan tata ruang.
4.
Kecerdasan musical terkait dengan pengolahan nada dan irama menjadi karya
musik.
5.
Kecerdasan kinestikjasmani terkait dengan kreatifitas dan prestasi
keolahragaan.
6.
Kecerdasan antarpribadi terkait dengan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang
lain.
7.
Kecerdasan intrapribadi terkait dengan kemampuannya mengendalikan daya pikir
dan emosinya dalam mengakses berbagai informasi dan potensi yang bermanfaat.
10) Mengembangkan kecerdasan
ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang
dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan sekaligus. Selain itu orang yang
tekun mendalami bidang studinya secara seriu dimungkinkan memiliki kecerdasan yang
produktif. Misal seorang ahli pemograman yang mendalami bahasa, ia dapat
membuat kamus elektronik, mesin penerjemaah, dll.
11) Membangun karakter
Kecerdasan merupakan bagian karakter
dari manusia. Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan
karakternya lebih baik.
12) Mengembangkan profensi
Profesi seseorang tidak akan berkembang
tanpa menunjukkan kemampuannya kepada orang lain. Proses pengembangan profesi
diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan pengembangan diri yang tidak
diperoleh selama proses belajar, tetapi berakumulasi dengan pengalaman barunya.
13) Sarana menciptakan
kreatifitas baru
Setiap orang memiliki bakat alam yang
dibawanya sejak lahir. Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang
dikembangkannya melalui pendidikan yang kemudian berkembang menjadi bakat
intelektual,
Bakat alam dan bakat intelektual ini
dapat berkembang secara sinergis untuk menghasilkan kreatifitas baru. Untuk
menciptakan kreatifitas baru setiap mahasiswa harus mengkaji konsep dasar
secara menyeluruh dilanjutkan study kasus baik positif maupun negatif
dilanjutkan memikirkan solusinya dan menciptakan kreatifitas baru.
3.
Ragam Bahasa
1.
Berdasarkan media
Dibedakan atas:
1) Ragam
bahasa lisan
Ditandai dengan penggunaan lafal atau
pengucapan, intonasi, kosakata, penggunaan tata bahasa dalam pebentukan kata
dan penyusunan kalimat.
2) Ragam
bahasa tulis
Ditandai dengan kecermatan menggunakan
ejaan dan tanda baca, kosa kata, penggunaan tata bahasa dalam pembentukan kata,
penyusunan kalimat, paragraf dan wacana.
Contoh:
a)
Pelafalan baku (dicetak miring) lazim digunakan
asas (azas atau asas) truk
(trek atau truk)
bus (bis atau bus) plus
(ples atau plus)
zaman (jaman atau zaman) nomor
(nomer atau nomer)
b) Pelafalan
singkatan
BBC (bebece atau bibisi) TBC
(tebece atau tebese)
BS.c (beesce atau biessi) WC (wece atau wese)
2.
Berdasarkan waktu
Berdasarkan waktu terdapat ragam bahasa
lama dan ragam bahasa baru (modern)
1) Ragam
lama lazim digunakan dalam penulisan naskah-naskah lama (kuno).
2) Ragam
bahasa baru (modern) ditandai dengan
penggunaan kata-kata baru, ejaan yang disempurnakan dan mengekspresikan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern,
misalnya : Internet, Jaringan, dan seluler.
3. Berdasarkan
Pesan Komunikasi
1) Ragam
bahasa ilmiah
Adalah
sarana verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar.
Ciri
ragam bahasa ilmiah:
a) Struktur
kalimat jelas dan bermakna lugas.
b) Struktur
wacana bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah.
c)
Singkat, berisi analisis dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap.
d) Cermat
dalam menggunakan unsur baku istilah/kata, ejaan, bentuk kata, kalimat,
paragraf, wacana.
e) Cermat
dan konsisten menggunakan penalaran dari penentuan topik, pendahuluan,
deskripsi teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis, sampai dengan
kesimpulan dan saran.
f)
Menggunakan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang tertentu.
g) Dapat
diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum.
h)
Konsisten dalam pembahasan topik.
2) Ragam
bahasa pidato
·
Ragam pidato ilmiah
Terdiri
beberapa jenis, : Presentasi makalah ilmiah, skripsi, tesis, desertasi dan
pidato pengukuhan guru besar.
·
Ragam pidato resmi
Kata
resmi memiliki beberapa pengertian
a) Resmi
karena situasinya, misal : pidato kenegaraan oleh pejabat negara.
b) Resmi
karena kemuliaan isi dan situasi, misal : Khotbah agama.
c)
Resmi karena informasi dan kekidmatan situasi penyampaian dalam suatu upacara.
Misal : Pidato akad nikah/ perkawinan.
d) Resmi
karena isi atau materi mengandung kebenarab unifersal dan disampaikan untuk
mewakili suatu negara. Misal : Pidato untuk mewakili suatu negara.
3) Ragam
bahasa tulis resmi
Ditandai
oleh :
a)
Penyajian materi / pesan bersifat mulia.
b)
Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara eksplisit dan konsisten.
c)
Penggunaan bentuk lengkap, bentuk yang tidak disingkat.
d)
Penggunaan imbuhan secara eksplisit dan konsisten.
e)
Pengunaan kata ganti resmi dan menghindari kata ganti tidak resmi.
f)
Penggunaan pola frase yang baku.
g)
Penggunaan ejaan yang baku pada bahasa tulis dan lafal yang baku pada bahasa
lisan.
h) Tidak
menggunakan unsur tidak baku.
4) Ragam
bahasa sastra
Ragam
ini mengutamakan unsur-unsur keindahan seni. Misal : dalam roman, novel, cerita
pendek dll. Namun, ragam ini sering digunakan juga dalam iklan promosi produk
komersial. Misal : Iklan sabun untuk kecantikan, mobil yang menawarkan
kemewahan dan kenyamanan.
Beda
bahasa sastra dan iklan terletak pada tujuannya. Ragam sastra menyenangkan bagi
pembacanya tanpa mendorong pembaca untuk membeli suatu produk, sedang iklan
bersifat persuasif agar pembaca (pendengar) membeli produk.
5) Ragam
bahasa berita
Ragam
ini lazim digunakan dalam pemberitaan.Bahasa berita menyajikan fakta secara
utuh dan objektif. Untuk menjamin objektifitas berita, penyaji perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Tidak
menambah atau mengurangi fakta yang disajikan.
b) Tidak
mengubah fakta berdasarkan pendapat penyaji.
c)
Tidak menambah tanggapan pribadi.
d) Tidak
menggunakan perasaan suka atau tidak suka.
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan
adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan caramenuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasanmakna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudimematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
2.2 SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua puluhan. Namun dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan tersendiri. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasari bahasa Indonesia.
2. Ejaan Suwandi
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun 1972.
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan imi mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 57/1972 tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.
PERUBAHAN
PEMAKAIAN HURUF
DALAM
TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan
yang Disempurnakan (EYD)
(mulai
16 Agustus 1972)
|
Ejaan
Republik
(Ejaan
Soewandi)
1947-1972
|
Ejaan
Ophuysen
(1901-1947)
|
Khusu
Jumat
Yakni
|
Chusus
Djum’at
Jakni
|
Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
|
2.3 RUANG LINGKUP EJAAN YANG
DISEMPURNAKAN (EYD)
Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek
yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4)
penulisan unsur, dan (5) pemakaian tanda baca. 3)
1) Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat
ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan
bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama setiap huruf disertakan
disebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A
a
B
b
C
c
D
d
E
e
F
f
G
g
H
h
I
i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J
j
K
k
L
l
M
m
N
n
O
o
P
p
Q
q
R
r
|
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S
s
T
t
U
u
V
v
W
w
X
x
Y
y
Z
z
|
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam
bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
|
A
e
i
o
u
|
api
enak
itu
oleh
ulang
|
padi
petak
simpan
kota
bumi
|
lusa
sore
murni
radio
ibu
|
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam
bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n,
p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
konsonan
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
|
B
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q
r
s
t
v
w
x
y
z
|
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
|
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
|
adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
politik
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
juz
|
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat
diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
|
Ai
au
oi
|
ain
aula
-
|
syaitan
saudara
boikot
|
pandai
harimau
amboi
|
e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat
empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan
sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.5)
Gabungan
huruf konsonan
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
|
Kh
ng
ny
sy
|
khusus
ngilu
nyata
syarat
|
akhir
bangun
hanyut
isyarat
|
tarikh
senang
-
arasy
|
2) Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam
penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1) penulisan huruf besar, dan (2)
penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut :
a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat
digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1) Digunakan sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia
menulis surat di kamar.
Tugas
bahasa Indonesiasudah dikerjakan.
2) Digunakan sebagai huruf
pertama petikan langsung.
Misalnya :
Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa
sudah libur?”.
“Kemarin engkau terlambat”, kata
ketua tingkat.
3) Digunakan sebagai huruf
pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan,
dan nama kitab suci.
Misalnya :
Allah
Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
Terima kasih atas bimbingan-Mu
ya Allah.
4) Digunakan sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya :
Raja Gowa adalah Sultan
Hasanuddin.
Kita adalah pengikut Nabi
Muhammad saw.
5) Digunakan sebagai huruf
pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya :
Wakil
Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.
Laksamana
Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.
Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal
Depdiknas.
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan
menerima laporan korupsi.
6) Digunakan sebagai huruf
pertama unsur nama orang.
Misalnya :
Nurhikmah
Dewi
Rasdiana Jufri
7) Digunakan sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya :
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasaInggris
8) Digunakan sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
tahun Hijriyah
hari Jumat
bulan Desember
hari Lebaran
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
9) Digunakan sebagai huruf
pertama nama geografi unsur nama diri.
Misalnya :
Laut
Jawa
Jazirah Arab
Asia
Tenggara
Tanjung Harapan
10) Digunakan sebagai
huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan
nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
Misalnya :
Republik
Indonesia
Majelis
Permusyawaratan Rakyat
11) Digunakan sebagai
huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya :
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.
12) Digunakan sebagai
huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya :
Surat Anda telah saya balas.
Sudahkah Anda sholat?
13) Digunakan sebagai
huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya :
Dr.
doktor
S.H.
sarjana hukum
14) Digunakan sebagai
huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia.
15) Digunakan sebagai
huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan
karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
Misalnya :
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas
Hukum Perdata”.
b. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk :
1) Menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
Buku Negarakertagama karangan
Prapanca.
Majalah Suara Hidayatullah
sedang dibaca.
Surat kabar Pedoman Rakyat akan
dibeli.
2) Menegaskan dan
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan kata lapang
dada.
3) Menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya :
Politik devideet et impera
pernah merajalela di Indonesia.
3) Penulisan Kata
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
- Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum
mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan.
Misalnya : Dia teman baik saya.
- Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam
penulisan kata turunan, yaitu :
- Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya : membaca, ketertiban,
terdengar dan memasak.
- Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar
luaskan.
- Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani,
keanekaragaman.
- Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : antarkota, mahaadil,
subseksi, prakata.
- Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap
dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang yaitu :
- Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya :
laki lelaki
- Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalny :
rumah rumah-rumah
- Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya :
sayur sayur-mayur
- Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya :
main bermain-main
- Gabungan Kata
- Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.
Misalnya : mata kuliha, orang tua.
- Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan.
Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar.
- Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : daripada, sekaligus,
bagaimana, barangkali.
Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku,
mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : kubaca, kaupinjam,
bukuku, tasmu, sepatunya.
2. Kata Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan dari
ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang
dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermian di
jalan
Saya pergi ke kampung halaman.
Dewi baru pulang dari kampus.
- Kata Sandang (si dan sang)
Kata si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Nama si pengrimi
surat tidak jelas.
Anjing bermusuhan dengan sang
kucing.
- Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang
mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai
fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :
- Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Bacalah buku itu
baik-baik!
Apakah yang dipelajari minggu
lalu?
Apatah gerangan salahku?
- Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun
ikut pergi.
- Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya : Rapor siswa dilihat per
semester.
- Singkatan dan Akronim
- Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Misalnya : dll = dan lain-lain
yth = yang terhormat
- Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya : SIM = Surat Izin Mengemudi
IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu
pendidikan
- Angka dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam
angka yang lazim digunakan , yaitu : (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan
sebagai berikut :
1) Bilangan utuh. Misalnya
: 15 lima belas
2) Bilangan pecahan.
Misalnya : 3/4 tiga
perempat
3) Bilangan tingakt.
Misalnya : Abad II
Abad ke-2
4) Kata bilagan yang
mendapat akhiran –an.
Misalnya : tahun
50-an lima puluhan
5) Angka yang mneyatakan
bilagnan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca.
Misalnya : Sekolah itu baru mendapat
bantuan 210 juta rupiah.
6) Lambang bilangan
letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya
tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan
maknanya sama.
Misalnya : Dua puluh lima siswa SMA
tidak lulus. (benar)
55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)
7) Lambang bilangan yang
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali
beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya : Amir menonton pertunjukan
itu selama dua kali.
4) Penulisan Unsur Serapan
Dalam hal penulisan unsur serapan
dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia menganggap belum stabil
dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu
saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang
ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai
dengan aturan yang telah diterapkan.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian
bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang : (a) konsep yang terdapat dalam unsur
asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan (b) unsur asing itu merupakan
istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia,
akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia. sebaliknya
apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep tersebut,
maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Menerima unsur asing dalam
perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia
ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal
yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan
kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda anatar satu dengan yang lain.
Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut
akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak
mengenal konsep “radio” dan “televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing
(Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal adanya konsep
“bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam
bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur
serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian, yaitu :
- Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de facto, bridge.
- Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
5) Pemakaian Tanda Baca
- Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
- Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
- Akhir singkatan nama orang.
- Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
- Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
- Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
- Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
- Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
- Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan tabel.
- Tanda koma (,)
Kaidah penggunaan tanda koma (,)
digunakan :
- Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
- Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
- Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
- Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
- Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
- Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
- Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
- Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
- Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
- Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
- Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
- Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
- Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.
- Tanda Titik Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada :
- Akhir kalimat tanya.
- Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
- Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan
atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kseungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
- Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma dipakai :
- Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
- Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
- Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai :
- Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
- Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
- Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan .
- Di antara jilid atau nomor dan halaman.
- Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
- Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
- Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
- Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat
yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik
dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
- Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring ( / ) di pakai :
- Dalam penomoran kode surat.
- Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.
- Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘)
Tanda penyingkat menunjukkan
penghilangan sebagian huruf.
- Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )
Tanda petik tunggal dipakai :
- Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
- Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
- Tanda Petik ( “…” )
Tanda petik dipakai :
- Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum dikenal.
- Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
- Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Sumber
: